Mereka yang belajarpun tidak hanya berasal dari Jatiwangi namun juga dari desa tetangga, malah kini tidak hanya mereka yang memiliki keterbatasan pendengaran namun juga yang memiliki pendengaran.
Baca Juga: THR Tak Dibayar Perusahaan, Begini Cara Mengadu ke Posko THR Kemnaker RI
"Sekarang yang belajar membaca Al Quran di kami sebenarnya inklusif, awalnya hanya mereka yang disabilitas rungu karena jarang pada mereka yang bisa mengajarkan membaca. Sekarang yang belajar ini ada yang disabilitas rungu bisdan yang bisa dengar, santri biasa, bahkan ada teman-teman yang hijrah. Jadi saling belajar antar sesama," ungkap Lutfi.
Menurutnya, dalam mengajarkan membaca Al Quran dengan bahasa isyarat, Lutfi dan temannya menggunakan konsep yang sudah dimusyawarahkan bersama - sama dengan Kementian Agama Kabupaten Majalengka.
Rumah Tuli Jatiwangi sempat diundang Kemenag, untuk mencari konsep bagaimana cara belajar bagi disabilitas rungu
Baca Juga: Cegah Praktik Penyelewengan Takaran BBM, Disperdagin Kabupaten Cirebon Awasi Pompa Ukur SPBU
"Konsep membaca Al-Quran untuk disabilitas rungu, alhamdulilah sudah digodok oleh Kemenag. Sudah dimusyawarahkan, lahirlah dua metode besar. Metode Tilawah dan Kitabah. Lahir pada 2020," katanya.
Dua metode belajar Al Quran isyarat, baik tilawah maupun kitabah menurutnya sangat membantu belajar mengajar bagi Rumah Tuli Jatiwangi
"Tilawah itu mengisyaratkan apa yang dibaca oleh kita di dalam Al Quran. Kalau kitabah mengisyaratkan apa yang tertulis di dalam Al Quran. Rumah Tuli Jatiwangi sendiri mengusung yang tilawah," jelas Lutfi.***