Hal yang sama dilakukan Mimin dan Didi pedagang lainnya yang biasanya menyediakan stok hingga puluhan kilogram untuk menyediakan pedagang eceran. Kali ini dia hanya menyiapkan belasan kilogram saja menghindari turunnya permintaan konsumen.
Disamping itu pasokan dari petani dan bandar di Jawa Tengah serta Jatutujuh juga saat ini terbatas diduga akibat kemarau sehingga produksi turun.
Baca Juga: Sabulangbentor: Open Biding Aya Sen Ti Pingpinan
“Sekarang mah sedikit saja stoknya, pagi – pagi sudah diambil pedagang eceran,” ungkap Didi.
Sementara itu sejumlah petani di Desa Nunuk mengeluhkan minimnya hasil panen karena tanaman cabe diserang hama dan sebagian minim buah diduga akibat faktor cuaca yang sangat panas. Harga jual juga tidak seimbang dengan harga dipasaran.
Para petani hanya mampu menjual di harga Rp33.000 hingga Rp 35.000 saja per kg melalui bandar sayur.
Baca Juga: Kesatuan Perempuan Partai Golkar Kuningan Dikukuhkan
Cicih Sudiasih, Ali dan Wisma menyebutkan hasil panen cabe rawitnya kini sangat minim.
Wisma yang biasanya dari luas tanam beberapa petak bisa memperoleh hasil hingga 1 kw kini hanya memperoleh sebanyak 20 kg saja.
“Nya kotakan arageung tapi ayeuna mah teu baruahan, biasana mah sakali ngala sakintal kamari ukur 20 kg (Ya petakannya besar tapi sekarang cabe tidak banyak berbuah, baisanya sekali panen bisa 1 kw , kemarin hanya 20 kg,” ungkap Wisma.