Muhammad Kecil Dipayungi Awan Bertemu Peramal Lihb dan Pendeta Buhaira, Ini yang Terjadi (Bagian 18)

6 Maret 2023, 08:17 WIB
Ilusdtrasi Nabi Muhammad usia kecil diiringi awan, bertemu Pendeta Buhaira. /Kabar Cirebon/Youtube Muhammad the Messenger of God/

KABARCIREBON - Setelah ibunda Aminah dan kakek Abdul Muthalib wafat, Muhammad kecil diasuh pamannya Abu Thalib.

Nabi SAW menjalani hidup dengan karakter orang-orang keras di tanah Jazirah Arab. Bukan hanya keras, tapi juga banyak perilaku jahiliyah.

Hati beliau galau, pengap dengan kehidupan jahiliyah di Makkah. Tiap hari, banyak anak se usianya (12 tahun) bekerja telanjang bulat tanpa rasa malu.

Baca Juga: PCNU Kuningan Membuat Gebrakan, Gelar Raker di High Land

Kemudian, pintu rumah orang-orang kaya tertutup rapat, sementara di dalam rumah itu sedang ada pesta pora penuh alkohol. Para penari berjingkrak-jingkrak, kaum pria bermabuk-mabukan.

Dan para budak menjaga acara tersebut dari waktu malam hingga pagi. Demikian, kehidupan sehari-hari di tanah Arab. Kondisi itu yang membuat hati beliau pengap.

Sementara di tempat lain, Muhammad kecil menyaksikan betapa perih dan pedih orang-orang mencari rejeki antara hidup dan mati. Mereka tinggal di gubuk reyot dan rumah kumuh.

Baca Juga: Putusan PN Jakpus Tidak Bisa Menggugurkan Undang-Undang, Bawaslu Kuningan: Apalagi Perdata

Kemiskinan di Jazirah Arab menjadi pemandangan yang mengiris hati. Untuk bertahan hidup, terbebas dari utang, mereka menggadaikan anak gadis, istri bahkan ibunya untuk menjadi budak para saudagar.

Kemudian, di depan gubuk kumuh itu, para pemuda berkumpul mengelilingi seorang laki-laki yang bercerita tentang legenda-legenda indah orang-orang terdahulu yang berjuang melawan raja yang sewenang-wenang.

Berdagang ke Syam Bersama Abu Thalib

Itulah potret jazirah Arab di usia nabi kecil. Suatu saat, paman nabi, Abu Thalib berniat pergi berdagang ke Syam untuk mencari nafkah.

Baca Juga: Sebanyak 334 Kali Kuningan Dilanda Bencana, Kalak BPBD: Hanya Satu Kecamatan saja yang Aman

"Ajaklah aku, Paman!" pinta Muhammad yang saat itu berusia 12 tahun.

"Tetapi, perjalanan padang pasir begitu sulit dan jauh!

Aku tidak tega mengajak anak sekecilmu menempuh kesulitan sedemikian berat!"

Saat itu, hanya Abu Thalib sosok yang mengasuh Muhammad kecil.

Ia merasa amat kesepian jika harus menghadapi kehidupan Makkah seorang diri, tanpa ada paman di sampingnya.

Baca Juga: Lisan Siapakah yang Doanya Dikabulkan, Renungkan Hadis Ini

"Kepada siapakah Paman akan meninggalkan aku seorang diri apabila Paman pergi nanti?" tanya Muhammad begitu mengiba.

Abu Thalib sangat terharu.

"Demi Allah, aku pasti membawanya pergi. Ia tidak boleh berpisah denganku dan aku tidak boleh berpisah dengannya selama-lamanya."

Lihb Si Peramal

Orang-orang Quraisy sering mendatangi Lihb dengan membawa anak-anaknya untuk diramal.

Suatu hari, Lihb melihat Muhammad.

"Kemarilah, hai anak muda!" serunya.

Baca Juga: Sisa Tunda Bayar Rp51 Miliar, Kepala BPKAD: 157 Rekanan Telah Dibayar Rp43.228.064.201

Namun, Abu Thalib segera menyembunyikan Muhammad dan membawanya pergi hingga Lihb berteriak-teriak.

"Celakalah kalian, bawa ke sini anak muda yang aku lihat tadi!

Demi Allah, anak ini akan menjadi orang besar di kemudian hari! "

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد

Jamuan Buhaira

Berangkatlah rombongan kafilah Quraisy menuju ke Syam. Syam saat itu adalah sebuah negeri yang wilayahnya (sekarang) meliputi Syria, Yordania, dan Palestina. Syam berada di bawah pemerintahan Romawi Timur.

Ketika tiba di Busra, mereka melewati rumah ibadah seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira.

Baca Juga: Update Kebakaran Hebat Terminal Plumpang, Jokowi Perintahkan Relokasi Warga yang Terdampak Insiden Tersebut

Ia adalah pendeta yang pandai.

Di rumah ibadahnya, selalu ada pendeta dan umat Nasrani yang menuntut ilmu kepada Buhaira.

Biasanya, Buhaira tidak pernah menggubris rombongan Quraisy yang setiap tahun melintas di tempat itu.

Namun, kali ini ada yang berubah pada diri Buhaira.

Baca Juga: Inilah Rute dan Rundown Kegiatan Kirab Merah Putih dan Silaturahmi Kebangsaan, Senin 6 Maret 2023

Ketika rombongan Quraisy, termasuk Abu Thalib dan Muhammad, singgah di dekat rumah ibadahnya, Buhaira memerintahkan para pembantunya untuk membuat masakan yang banyak.

Buhaira berbuat begitu karena dari jendela rumah ibadahnya, ia melihat hal yang aneh pada rombongan Quraisy.

Ada awan kecil yang bergerak pelan mengikuti ke mana pun kafilah pergi.

Baca Juga: Ini Dia 3 Rekomendasi Mie Koclok di Cirebon yang Bikin Anda Ketagihan

Ada sesuatu atau seorang di dalam kafilah yang dilindungi awan itu dari terik matahari.

Buhaira bergegas mendatangi kafilah yang tengah beristirahat di bawah pepohonan rindang dan berkata

"Hai orang-orang Quraisy, sungguh aku telah membuat makanan untuk kalian.

Baca Juga: Usai Komunikasi VA WhatsApp, Bupati Nina Putuskan Pulangkan Warga Indramayu yang Telantar di Morowali

Aku ingin kalian semua, anak kecil, orang dewasa, budak, dan orang merdeka, singgah di rumahku"

Salah seorang Quraisy bertanya.

"Demi Allah, hai Buhaira, alangkah istimewanya apa yang engkau perbuat kepada kami hari ini.

Padahal, kami sering melewati tempat mu ini. Apa yang sebenarnya terjadi padamu?"

Baca Juga: Kapolres Indramayu, Fahri Pimpin Upacara Sertijab: Waka Polres Arman Diganti Kompol Hamzah

"Engkau benar," jawab Buhaira,

"Dulu aku memang seperti yang engkau katakan.

Namun, kalian, semuanya, adalah tamuku kali ini dan aku ingin menjamu kalian.

Aku telah membuat makanan dan kalian semuanya harus ikut makan."

Dengan senang hati, rombongan Quraisy pun masuk ke rumah Buhaira untuk memenuhi undangannya.

Baca Juga: Sukses Diperkenalkan Pada Ajang IIMS 2023, Mitsubishi Memboyong XFC Concept Ke-6 Kota Besar di Indonesia

Hanya saja, Muhammad tidak ikut karena ia masih kecil. Ia ditugaskan menjaga perbekalan kafilah.(Bersambung)

Editor: Muhammad Alif Santosa

Sumber: Majelis Kopi Pahit Forsil Alma'ruf

Tags

Terkini

Terpopuler