Di Tengah Keterbatasan, Tak Jadi Penghalang Anak-anak di Rumah Tuli Jatiwangi Belajar dan Baca Al Quran

24 Maret 2024, 20:42 WIB
Sejumlah disabilitas rungu tengah belajar membaca Al Quran di Rumah Tuli Jatiwangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka. Ada belasan anak remaja yang mengikuti belajar membca Al Quran di rumah tuli yang didirikan Muhammad Lutfi Bannani sejak Tahun 2013 /Foto/Tati./KC/

KABARCIREBON - Memiliki keterbatasan pendengaran serta sulit bicara tidak menghalangi seseorang untuk bisa belajar atau mengajarkan membaca Al Quran, semua itu bisa dilakukan lewat ketekunan dan kemaunan yang kuat.

Itu pula yang dilakukan anak – anak disabilitas rungu di Rumah Tuli Jatiwangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka yang didirikan Muhammad Lutfi Bannani sejak Tahun 2013, berawal dari pertemuannya dengan kominitas disabilitas rungu di Kota Majalengka

Di Rumah Tuli Jatiwangi ada belasan anak remaja yang belajar membaca Al Quran, ada yang baru Iqra, ada juga yang sudah mulai membaca dengan lancar karena mereka sudah cukup lama belajar di Rumah Tuli tersebut.

Baca Juga: Pekerja atau Buruh Seperti Apa yang Berhak Mendapat THR Lebaran Idul Fitri 2024? Ini Penjelasannya

Mata dan jari mereka fokus ke ayat – ayat yang ada dihadapannya, ada yang terus berusaha memperhatikan guru ngajinya yang terus menuntun bacaan Iqra dengan dibarengi bahasa isyarakat yang sangat dipahaminya.

Lutfi Bannani mengungkapkan ada belasan remaja yang belajar membaca Al Quran di Rumah Tuli yang didirikannya, tingkatan mengaji mereka cukup beragam. Ada yang sudah kelas Al Quran, ada juga yang masih tahapan Iqra. Mereka semua cukup serius belajar.

Dua hingga tiga remaja bisa diajari oleh satu orang ustad, mereka yang mengajar adalah orang – orang yang memiliki pendengaran namun sudah belajar bahasa isyarat.

Baca Juga: Kepergok Ngamar di Bulan Ramadan, Unit Reskrim Polsek Patrol Indramayu Amankan Pasangan Mesum

"Kalau yang ngajarnya mah, teman-teman dengar. hanya mereka sudah belajar bahasa isyarat, sehingga bisa memahami betul dan mampu berkomunikasi dengan lancar," ungkap Lutfi.

Belajar membaca Al Quran di Rumah Tuli pada hari – hari biasa dilakukan seminggu sekali, namun atas keinginan orang tua dan para remaja yang belajar di bulan Ramadhan akhirnya dilakukan setiap hari, terkecuali hari Jumat libur, belajar mulai siang hari hingga menjelang berbuka puasa.

Mereka yang belajarpun tidak hanya berasal dari Jatiwangi namun juga dari desa tetangga, malah kini tidak hanya mereka yang memiliki keterbatasan pendengaran namun juga yang memiliki pendengaran.

Baca Juga: THR Tak Dibayar Perusahaan, Begini Cara Mengadu ke Posko THR Kemnaker RI

"Sekarang yang belajar membaca Al Quran di kami sebenarnya inklusif, awalnya hanya mereka yang disabilitas rungu karena jarang pada mereka yang bisa mengajarkan membaca. Sekarang yang belajar ini ada yang disabilitas rungu bisdan yang bisa dengar, santri biasa, bahkan ada teman-teman yang hijrah. Jadi saling belajar antar sesama," ungkap Lutfi.

Menurutnya, dalam mengajarkan membaca Al Quran dengan bahasa isyarat, Lutfi dan temannya menggunakan konsep yang sudah dimusyawarahkan bersama - sama dengan Kementian Agama Kabupaten Majalengka.

Rumah Tuli Jatiwangi sempat diundang Kemenag, untuk mencari konsep bagaimana cara belajar bagi disabilitas rungu

Baca Juga: Cegah Praktik Penyelewengan Takaran BBM, Disperdagin Kabupaten Cirebon Awasi Pompa Ukur SPBU  

"Konsep membaca Al-Quran untuk disabilitas rungu, alhamdulilah sudah digodok oleh Kemenag. Sudah dimusyawarahkan, lahirlah dua metode besar. Metode Tilawah dan Kitabah. Lahir pada 2020," katanya.

Dua metode belajar Al Quran isyarat, baik tilawah maupun kitabah menurutnya sangat membantu belajar mengajar bagi Rumah Tuli Jatiwangi

"Tilawah itu mengisyaratkan apa yang dibaca oleh kita di dalam Al Quran. Kalau kitabah mengisyaratkan apa yang tertulis di dalam Al Quran. Rumah Tuli Jatiwangi sendiri mengusung yang tilawah," jelas Lutfi.***

Editor: Epih Pahlapi

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler