Setelah beranjak dewasa, Pangeran Walangsungsang dan Nyi Lara Santang berkelana ke beberapa daerah untuk mempelajari agama Islam.
Sedangkan Raja Sengara lebih banyak tinggal di Keraton Padjadjaran. Suatu saat, Nyai Lara Santang diperistri Maulana Sultan Mahmud dan dari perkawinannya dikaruniai dua orang anak yaitu Syarif Hidayat dan Syarif Nurullah.
Syarif Hidayatullah kelak lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Djati. Diterangkan, di dalam Kitab Purwaka Caruban Nagari bahwa Pangeran Walangsungsang dan Nyai Lara Santang berguru agama islam kepada Syekh Datuk Kahfi.
Oleh gurunya tersebut, Pangeran Walangsungsang diminta untuk membuka pedukuhan di Kebon Pesisir Lemahwungkuk. Pada tahun 1445 Masehi, Pangeran Walangsungsang merealisasikan keinginan atau saran gurunya.
Saat itulah, Pangeran Walangsungsang atau yang lebih dikenal dengan nama Mbah Kuwu Cirebon membabat alas Kebon Pesisir Lemahwungkuk.