Menurut mereka, sementara ini Gamelan Sora Watu, belum mampu mengiringi lagu-lagu ciptaan orang lain, baik musik pop, jazz atau rock, sebab masih ada nada dari lagu-lagu yang belum terkejar dengan musik yang dimainknya. Terlebih suara musik yang dikeluarkan dari batu tersebut sangat dipengaruhi oleh cuaca, sama halnya dengan gamelan Sunda lainnya. Seperti kendang, saron, kemong dan lainnya jika terkena cuaca dingin maka suara yang dikeluarkan kurang bagus.
“Suara yang dikeluarkan tergantung suhu udara, ketika suhu udara panas maka suara yang dikeluarkan dari batu akan sangat nyaring dan bagus. Sebaliknya jika suhu lembab makan suara sedikit ngabelekbek,” ungkap Sena.
Namun demikian, ada sejumlah lagu yang telah diciptakan oleh Sanggar Kirik Nguyuh dengan instrumen Sora Watu, di antaranya instumen lagu "basajan", “kaulinan budak”, “ paranje”, “eksaprosa” dan sejumlah lagu lainnya.
Sementara Ayu menyebutkan, Gamelan Sora Watu tercipta di tahun 2017, setelah beberapa kali menggelar tradisi Kawin Batu dan kini Gamelan Sora Watu telah didaftarkan di HKI (Hak Kekayaan Intelektual) di tahun 2020 lalu.
“Bunyi yang dikeluarkan dari batu memang tidak sekadar tik, tuk, tetapi ada melodi sehingga siapa pun bisa menikmati melodi tersebut,” sebut Bambang didampingi Oyong.
Menurut mereka, tidak semua serpihan batu mampu mengeluarkan not, sehingga untuk mencari batu yang bisa mengaluarkan not sesuai harapan harus terus dicari dan dicoba termasuk menyesuaikannya dengan suhu udara.
Baca Juga: Kota Cirebon Belum 100 Persen ODF, Tinggal 3 Kelurahan Lagi
Sena, Bambang, Oyong, Ayu dan Dilar beberapa hari lalu pada acara peresmian Creatif Center melakukan pertunjukan Gamelan Sora Watu. Pertunjukannya cukup memukau orang yang hadir di acara tersebut. Semua terkagum-kagum dan mengapresiasi musik yang dimainkannya, yang menyaksikan hingga ada yang menggoyangkan badan, tangan hingga menggerakkan kepala. Namun semua yang menyaksikan merasa menikmati suara musik tersebut.**