Baru pada sekitar tahun 2007, rumah makannya mulai dikenal. Jatuh bangun selama belasan tahun ini ia jadikan pelajaran. Terutama untuk memulai dan menyiapkan empal gentong sebagai kuliner khas yang bisa dinikmati oleh wisatawan yang datang ke Cirebon.
"Kemudian saya mulai melengkapi tak hanya empal gentong, ada juga empal asem, nasi lengko dan sate. Sebab, dalam satu rombongan mobil itu ada saja yang tidak suka daging, sehingga alternatifnya adalah nasi lengko," ujarnya.
Nasi lengko sendiri merupakan sesama kuliner khas Cirebon yang di dalamnya ada nasi yang dicampur dengan toge, kucai, tahu, tempe, mentimun, kemudian disiram oleh bumbu. Cocok untuk lidah yang tidak menyukai daging.
Setelah memperbarui kulinernya agar lebih lengkap, H Apud kemudian merenovasi dan memperlengkap rumah makannya, mulai dari ruangan ber AC, mushola, serta banyak lagi, sehingga wisatawan yang datang pun merasa nyaman.
"Jika dulu memang yang beli kebanyakan warga lokal, kini yang datang itu wisatawan luar daerah," tuturnya.
Kini, menurutnya, dibutuhkan sekitar satu kuintal daging untuk kebutuhan empal gentong di rumah makannya.
"Satu kuintal itu untuk hari biasa, akhir pekan ditambah karena makin banyak wisatawan yang datang," ungkapnya.
Baca Juga: Kejari Indramayu Sita Aset Milik Tersangka BPR Karya Remaja