Hingga Memasuki Musim Panen, Petani Majalengka Berharap Bisa Tetap Nikmati Tingginya Harga Gabah

- 3 Maret 2024, 15:43 WIB
ILUSTRASI,Petani di Kabupaten Majalengka tenga memanen padinya, saat ii harga jual gabah basah mencapai Rp 900.000 per kw, pare pateni yang mulai panen banyak yang langsung memilih menjual gabahnya di sawah dengan alasan mumpung harga jual masih tinggi
ILUSTRASI,Petani di Kabupaten Majalengka tenga memanen padinya, saat ii harga jual gabah basah mencapai Rp 900.000 per kw, pare pateni yang mulai panen banyak yang langsung memilih menjual gabahnya di sawah dengan alasan mumpung harga jual masih tinggi /

KABARCIREBON - Petani Majalengka berharap harga gabah tetap tinggi walaupun memasuki musim panen, kondisi ini berbanding terbalik dengan masyarakat umum lainnya yang menhendaki harga beras segera turun agar tidak terlalu membebani keuangan keluarga.

Para petani mengatakan, dengan tingginya harga gabah akan menguntungkan petani, karena selama ini petani padi nyaris tidak pernah diuntungkan oleh harga jual,  karena harga jual selalu rendah padahal biaya produksi sangat tinggi.

“Dulu – dulu harga jual gabah paling tinggi hanya Rp700.000 per kw, itupun jarang. Begitu masuk musim panen harga langsung anjlok mencapai Rp350.000 per kw atau Rp400.000 per kw,"

Baca Juga: Banyak Incumbent Tumbang, PDIP Raih Kemenangan Gemilang di Kabupaten Cirebon

"Padahal biaya produksi sangat tinggi terlebih ketika pupuk sudah, petani terpaksan beli pupuk non subsidi,” ungkapa Tatang petani di Jatitujuh.

Tahun 2023 lalu menurutnya baru terjadi dalam sejarah harga gabah mahal lebih dari Rp900.000, sayangnya hanya sebagian kecil petani yang menikmati harga mahal karena ketika harga mahal petani sudah tidak memiliki stok gabah.

Makanya menurut Tatang, sekarang ini petani menghendaki harga gabah tetap tinggi agar petani padi bisa menikmati untung.

Baca Juga: Perkenalkan Perkembangan Terbaru Teknik Minimal Invasive Surgery, Grup RS Siloam Gelar Simposium

Senada disampaikan petani lainnya Ian, karena ingin mengejar untung kini para petani begitu panen langsung menjual gabah basah hasil panennya menghindari harag terus merosot.

Petani enggan menunggu penjualan setelah harga gabah kering alasannya selisih harga tidak begitu jauh.

“Sekarang harga jual gabah kering Rp850.000 per kw, harga jual gabah basah Rp790.000 hingga Rp800.000 per kw, sementara harus memproses pengeringan,” ungkap Ian.

Baca Juga: Ratusan Warga Antusias Hadiri Baksos HUT TNI AU Ke-78

Dengan harga jual tinggi menurut para petani, harga pupuk mahalpun masih bisa tertutupi selama pupuknya tersedi di tingkat penyalur.

Menurut mereka, baru tahun ini harga gabah dan beras mahal, sebelumnya harga jual gabah selalu rendah.

Dengan harga jual tinggi bisa merangsang anak muda untuk bertani karena melihat keuntungan yang tinggi pula, sebaliknya jika harga jual rendah maka anak muda selamanya tidak mau bertani padi.

Baca Juga: Tekan Lanju Inflasi, Pemkab Majalengka Berencana Membangun Pasar Induk Sayuran di Kadipaten

“Bayangkan kalau harga jual hanya Rp 450.000 per kw seperti tahun – tahun sebelumnya, tidak akan ada anak muda yang mau bertani,” katan Didi petani asal Keluraha Babakanjawa.

Jika dikalkulasi dengan harga jual sebesar itu petani rugi, karena biaya trakstor seluas 1 bau (500 bata) harganya Rp800.000, mencangkul setengah hari Rp70.000 itu dilakukan 6 hingga 7 orang.

Halaman:

Editor: Epih Pahlapi

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x