Terkontaminasi Cairan Limbah Sampah, Puluhan Warga di Majalengka Terlantarkan Areal Pertaniannya

- 16 April 2024, 20:08 WIB
Sejumlah pemulung tengah mencari sampah yang bisa dijual di TPA Heuleut, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka. TPA Heuleu setiap harinya menampung lebih dari 100 ton sampah
Sejumlah pemulung tengah mencari sampah yang bisa dijual di TPA Heuleut, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka. TPA Heuleu setiap harinya menampung lebih dari 100 ton sampah /Foto/Tati/KC/

KABARCIREBON - Puluhan warga di Desa Heuleut, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka yang lahannya terkontaminasi tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Heuleut dan lahan yang tidak bisa digarap lantaran limbah cair yang mengalir ke areal pertanian mereka sehingga tanamannya tidak bisa tumbuh dengan baik dan terpaksa menelentarkan.

 Puluhan warga Desa Heuleut, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka datangi kantor desa setempat menuntut agar pemerintah memberikan konpensasi kepada mereka yanglahan pertaniannya terkena dampak limbah cair sampah, warga yang setiap hari dilintasi angkutan sampah serta 7 tuntutan lainnya, Selasa
Puluhan warga Desa Heuleut, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka datangi kantor desa setempat menuntut agar pemerintah memberikan konpensasi kepada mereka yanglahan pertaniannya terkena dampak limbah cair sampah, warga yang setiap hari dilintasi angkutan sampah serta 7 tuntutan lainnya, Selasa
Puluhan warga setempat memiliki lahan sekitar kawasan TPA serta warga yang tempat tinggalnya setiap saat dilintasi truk sampah menyampaikan 8 tuntutan, diantaranya meminta perbaikan jalan, pengalihan jalur jalan angkutan truk sampah serta pengelolaan sampah yang baik.

“Yang terpenting juga adalah konpensasi dari pemerintah, lahan kami tidak digarap bertahun – tahun karena limbah cair sampah mengalir ke sawah. Ini sangat merugikan kami,” ungkap salah seorang warga.

Baca Juga: Versi Pj Bupati: Ini Lima Tempat Wisata di Majalengka yang Paling Ramai Dikunjungi Selama Libur Lebaran 2024

Menurut mereka, warga terakhir mendapatkan konpensasi pada bulan November dan Desember tahun 2023 yang nilainya dianggap tidak sesuai dengan penghasilan sawah jika digarap secara normal seperti sebelum terkena limbah cair sampah.

Warga berharap adanya pengalihan jalur jalan angkutan sampah agar tidak melintasi lagi ruas jalan desa Heulet, atau ada pengaturan jadwal angkutan sampah, karena selama ini angkutan sampah hampir tidak mengenal waktu, bisa sangat pagi bahkan hingga malam hari.

Laju kendaraan juga diatur jangan sampai ugal – ugalan karena jalanan sempit serta banyak anak–anak.

Baca Juga: Ini 20 Alamat Warung Sate yang Terdekat di Kabupaten Sampang, Sate Marjawi dan Sate Kenangan Memang Mantul

“Ketika siang bau busuk sampah dari angkutan yang melintas sangat menyengat, itu berlangsung terus menerus,” kata Eman.

Angkutan sampah juga diminta tidak terlalu penuh karena sampah kerap berjatuhan di jalan, atau kendaraan ditutup dengan jaring atau terpal sehingga sampah tidak berjatuhan dan bau buruk tidak terlalu menyengat.

Halaman:

Editor: Epih Pahlapi

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x