Ada Karya Cipta Seni Budaya yang Mendunia dari Kuningan, Pimpinan Laskar Citangtu Diburu Belanda

- 21 Mei 2024, 06:30 WIB
Terciptanya Angklung Diatonis atau moderen melalui proses sejarah panjang perjalanan Kabupaten Kuningan termasuk perjalanan seni dan budaya masyarakatnya.
Terciptanya Angklung Diatonis atau moderen melalui proses sejarah panjang perjalanan Kabupaten Kuningan termasuk perjalanan seni dan budaya masyarakatnya. /Iyan Irwandi/KC/

KABARCIREBON - Kabupaten Kuningan terletak di bawah kaki Gunung Ciremai dan merupakan salah satu daerah yang berada di wilayah Provinsi Jawa Barat. Daerah tersebut telah dihuni manusi sejak jaman purbakala ± 3.500 tahun sebelum masehi (SM). Hal itu dibuktikan dengan adanya peninggalan jaman neolitikum dan megalitikum di Kelurahan Cipari Kecamatan Cigugur.

"Dari sinilah Kabupaten Kuningan telah menapaki berbagai masa perjalanan sejarah baik masa Animisme, masa Hindu, masa Islam, masa Penjajahan dan sampai masa sekarang," ujar Penjabat (Pj) Bupati Kuningan, H. Raden Iip Hidajat.

Ia mengatakan, begitu panjang perjalanan sejarah, begitu pula perjalanan seni budaya masyarakatnya. Karya cipta seni budaya yang mendunia Kabupaten Kuningan adalah Angklung Diatonis atau Angklung Moderen. Ada beberapa tokoh yang membuat sekaligus seniman Angklung dari Kelurahan Citangtu seperti Singa, Wangsa, Encang, Kecrit/Kerta Permana (1858-1978).

Baca Juga: Gema Kolosal Angklung 10.001 Orang Bikin Merinding, Puncak Atmosfir Hardiknas Kuningan Sangat Luar Biasa

Angklung yang dibuat merupakan Angklung Pentatonis. Mereka mewariskan keahliannya secara turun temurun termasuk pada Al Satari atau lebih dikenal dengan nama Kutjit/Kuwu Citangtu (1908-1988). Ia adalah putra dari pasangan Nata Diraksa dan Mbok Sarep yang merupakan putra angkat Kuwu Sarep, Surya Manggala.

Kutjit dikenal karena kemampuan membuat dan mempopulerkan Angklung Diatonis di Kabupaten Kuningan. Sedangkan pembuatan Angklung Moderen tersebut adalah gagasan dan ide Daeng Soetigna (1908-1984) yang merupakan guru seni di Kuningan (1930-1949). Tenaga pendidik tersebut merasa kesulitan mengajarkan seni pada masa itu akibat tidak adanya alat musim moderen seperti Mandolin, String Bass, Piano dan Harmonika.

Daeng Soetigna menyatakan jika terciptanya Angklung Diatonis di Kabupaten Kuningan tahun 1938 ketika dirinya berjumpa dengan seniman pembuat Angklung. Namanya Jaya Rakiman, seorang penjual Angklung Pentatonis yang memperkenalkan kepada Kutjit (pembuat Angklung) dan Wangsa yang memberitahukan jenis bambu terbaik sebagai bahan pembuat Angklung.

Baca Juga: Dibuat Gembira, Ratusan Peserta UKT PBSS Kuningan Nikmati Keindahan Sawah Lope Cikaso

Akhirnya, lahirlah Angklung Diatonis yang dikenalkan sekaligus dipopulerkan Daeng Soetigna bersama siswa kepanduan Kabupaten Kuningan pada berbagai acara. Di antaranya, pertemuan kepanduan di bandung tahun 1938, Perundingan Linggajati tahun 1946, Konferensi Asi Afrika tahun 1955 dan sebagainya.

Halaman:

Editor: Iyan Irwandi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah