Pendidikan Nilai Berbasis Kearifan Lokal

- 2 Maret 2021, 23:39 WIB
Taruna
Taruna

Latar budaya masyarakat Trusmi merupakan lokus  yang tidak bisa terpisahkan  dari  proses  keberlangsungan  pendidikan nilai. Berdasarkan posisi geo-budayanya, budaya masyarakat Trusmi  tidak berbeda dengan  budaya Cirebon pada umumnya. Tetapi yang menarik  dari budaya masyarakat Trusmi adalah  kesetiaaanya  terhadap adat istiadat sebagai warisan dari leluhurnya. Oleh karena itu beragam tindakan  yang mereka sebut  dengan slametan   merupakan wujud  pengakuan terhadap eksistensi budayanya. Mengingkari slametan  sama halnya dengan meruntuhkan jati diri budayanya, karena  di dalam  slametan terdapat  banyak kandungan nilai  yang mengajarkan tingkah laku sesuai dengan cita ideal masyarakatnya.

Keberlangsungan slametan bagi masyarakat Trusmi tidak hanya sekedar untuk memahami nilai yang ada di dalamnya, tetapi lebih dari itu mereka  melakukannya sebagai bakti kepada Mbah Buyut Trusmi. Tokoh ini selalu menjadi orientasi bagi masyarakat Trusmi untuk berbuat melaksanakan  adat tradisi masyarakatnya.  Sikap fanatis ini berperan sebagai pengikat atau kontrol bagi masyarakatnya. Hal ini dilakukan dengan argumentasi bahwa dari tokoh inilah masyarakat Trusmi belajar  dan memeluk agama yang dibawa oleh  Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, segala aktivitas slametan yang dilakukan oleh masyarakat Trusmi tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Keberanekaragaman  slametan  sebagai bentuk  aktivitas  budaya masyarakat Trusmi  dapat digolongkan  menjadi dua bagian besar. Penggolongan ini lebih didasari  oleh ruang lingkup  dan kepentingannya. Ada kelompok slametan  yang dilakukan  pada lingkup keluarga. Selametan oleh keluarga batih di Trusmi ini dilakukan untuk  slametan yang berhubungan  dengan siklus  kehidupan manusia dari pra lahir sampai  meninggal. Beberapa contoh dapat disebutkan seperti ngupati, mitui, nglolosi, mapag dan lainnya. Pada sisi ini kita bisa melihat kesungguhan masyarakat dalam membangun generasi masa depan. Di samping itu pula ada juga slametan  yang dikaitkan  dengan bulan-bulan  yang dianggap penting dalam kalender hijriah, seperti Bulan Muharam, atau Suro, Sapar, Ruwa,  dan Maulud.

Membangun Harmoni

Sementara slametan dalam skala besar dilakukan oleh masyarakat Trusmi  di Kompleks Kramat Buyut Trusmi dengan Jenis ritusnya berupa Memayu dan Buko Sirap. Slametan ini bisa dinamakan pula oleh masyarakatnya dengan sebutan sedekah bumi. Oleh karena itu slametan ini dilakukan dalam rangka membangun harmoni antara manusia dan alam. Harapan utama  dari terselenggaranya  ritus tersebut adalah  memohon kepada Allah untuk diturunkannya hujan.  Kedua bentuk slametan ini  esensinya  bermuara memohon keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Wujud konkritnya adalah berupa  pemberian sodakoh yang dalam konteks slametan masyarakat  Trusmi  dikenal dengan sebutan berkat.

Halaman:

Editor: Dodi Kabar Cirebon


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah