Bulog Cirebon Tidak Berpihak pada Petani: Semua Petani Tidak Mengetahui Siapa Mitra Bulog yang Bisa Beli Gabah

8 Februari 2023, 18:06 WIB
PETANI Saat Menimbang Hasil Panennya di salah satu Penggilingan Beras /Foto/Tati/KC/

KABARCIREBON - Hampir semua petani mengaku tidak mengetahui siapa mitra Bulog yang biasa membeli gabah.

Mereka hanya mengetahui tengkulak yang biasa keliling membeli gabah atau memberikan pinjaman modal kala musim tanam, serta untuk pembelian pupuk atau biaya panen karena petani belum memiliki uang.

Para petani menyebutkan, penjualan gabah kepada bandar (pembeli gabah) karena kedekatan kemada mereka, baik sisi jarak ataupun secara emosional.

Baca Juga: Belasan Anggota Geng Motor Keroyok 2 Pemuda, 7 Ditangkap Polisi, 4 DPO

Bahkan butuh uang kapan pun bisa diperoleh, ketika tidak memiliki modal petani bisa langsung meminjam uang dengan besaran yang disesuaikan dengan kesepakatan atau senilai pupuk yang dibutuhkan.

“Pada petani telah memiliki pelanggan sendiri-sendiri, karena bandar yang meminjamkan uang lumayan banyak.” ungkap Aep, salah seorang peani di Desa Panyingkiran.

Menurutnya, pinjaman modal tersebut bisa dibayar dengan gabah ketika panen, nilainya tergantung harga gabah di pasaran, bisa dengan gabah basah atau gabah kering.

Baca Juga: Pedagang Kerupuk Kemplang Palembang Ditangkap Densus 88 Anti Teror

Tak heran ketika musim paceklik, banyak petani yang tidak memiliki gabah, karena gabah yang diperoleh habis dipergunakan untuk membayar utang dan sebagainya.

Petani yang luas sawahnya sedikit dan tidak memiliki pekerjaan lain, dipastikan ketika musim paceklik tidak memiliki cadangan gabah. Karena semua keperluan diambil dari hasil panen, misalnya saja untuk pergi ke undangan, anak sekolah biaya hidup dan sebagainya.

Hal senada disampaikan Cahya, yang juga memilih menjual gabah kepada bandar yang biasa keliling ke rumahnya. Dia tidak mengetahui kapan rekanan Bulog datang keliling ke kampungnya mencari gabah.

Baca Juga: Beradu Keunggulan di Ajang IIMS 2023, Pabrikan Otomotif Siap Menghadirkan Beberapa Produk Mobil Baru

“Bulog mah jarang datang, yang keliling mah bandar,” ungkapnya

Dede, bandar gabah dan jagung di Kecamatan Maja mengatakan, dia biasa memberikan modal kepada para petani yang membutuhkan biya untuk bibit saat tanam, pupuk ketika waktu pemupukan hingga biaya garap dan perstisida. Para petani datang ke rumahnya tidak melalui perantara.

“Karena sudah ada keterikatan, di saat sudah panen, para petani ini akan menjual gabah atau jagungnya ke kita. Harganya sesuai harga di kampung kami. Malah harga pembelian biasa sedikit lebih tinggi dibanding bandar lain,” ungkapnya.

Baca Juga: Bos Grage Group Dikabarkan Merapat ke Gerindra, Begini Tanggapan Ketua DPC

Pinjaman setiap petani berfariasi, sesuai kebutuhan masing-masing, kecuali bibit dan pupuk atau pestisida mereka mengambil barang.

Iman, pemilik penggilingan gabah di Kelurahan Cicurig mengungkapkan, sudah cukup lama Bulog tidak melakukan kerja sama. Di samping itu, harga penjualan ke Bulog sangat rendah sementara pembelian gabah ke petani jauh lebih tinggi dibanding harga Bulog. Makanya penjualan beras pun lebih menguntungkan dijual ke pasar bebas, ke penjual beras di Bandung.

“Persyaratannya lumayan banyak, harganya rendah,” ungkap Iman

Baca Juga: -PEMILU MAJALENGKA- Inilah Hasil Rincian DAPIL MAJALENGKA di Pemilu 2024, Berdasarkan PKPU Nomor 6 tahun 2023

Dia kini mengaku kesulitan gabah, harga cukup tinggi mencapai Rp 700.000 per kuintal. Karena sulitnya gabah dia mengaku pabriknya sempat berhenti giling karena sulitnya memperoleh gabah. Saat ini dia memulai kembali mencari gabah sendiri keliling ke petani-petani yang sudah mulai panen.

“Sekarang baru dapat 18 kuintal, kapasitas giling per hari dua mesin mencapai 20 ton-an. Jadi ya masih kurang banyak untuk satu hari giling,” ungkap Iman.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Pertanian Iman Firmansyah membenarkan jika para petani lebih memilih menjual gabah kepada tengkulak karena ada ikatan emosional di antara keduanya. Para tengkulak bersedia meminjamkan modal kepada petani di saat petani membutuhkan uang untuk tanam, pupuk, atau garap.

Baca Juga: -PEMILU MAJALENGKA- Bawaslu Tengah Memproses Laporan Dugaan Pelanggaran Perekrutan PPS KPU di Pemilu 2024

Pertimbangan lainnya adalah harga pembelian Bulog seolah tidak berpihak kepada petani karena harga Bulog lebih rendah dibanding harga jual kepada tengkulak.

Saat ini Bulog lebih mengarah ke bisnis bukan menolong para petani.


“Kalau saja Bulog sekarang akan menolong petani sebaiknya lakukan sosialsiasi kepada petani soal serapan gabah, kapan dilakukan, berapa harga pembeliannya. Sosialsiasi bisa dilakukan dengan Bumdes, agar Bumdes yang melakukan penyerapan gabah.” harap Iman.***

 

Editor: Epih Pahlapi

Tags

Terkini

Terpopuler