Sejumlah Petani di Desa Heuleut Majalengka Keluhkan Limbah Cair dari TPA yang Merusak Areal Persawahan Mereka

18 Januari 2024, 18:46 WIB
Pengemudi angkutan sampah tengah menumpakan sampah dari kontainer di TPA Heuleut, Kamis (18/1/2024), dibawah sejumlah pemulung sudah menunggu tumpahan untuk memungut sampah yang masih bisa dimanfaatkan disis lain sejumlah petani mengeluh lahannya dipergunaan pembuangan sampah tidak bisa digarap /Foto/Tati/KC/

KABARCIREBON - Sejumlah petani di Desa Heuleut, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka yang dari areal pertaniannya berdekatan dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) mengeluhkan limbah cair dari TPA hingga merusak areal persawahan.

Akibatnya panen padi turun drastis dikarenakan saat pembuahan tidak sedikit yang hampa atau gabahnya besar namun kurang berisi

Tak hanya itu, ada juga dari sejumlah petani dengan terpaksa menelentarkan lahan sawahnya lantaran terus merugi.

Baca Juga: Ini 20 Alamat Kedai Pecel yang Lezat di Kabupaten Kediri, Silakan Coba Pecel Mbah Darmo dan Pecel Bu Kamsini

Selain itu, lahan perkebunan milik warga setempat juga terkena imbas tumpahan sampah karena sampah meluber hingga akhrnya menutupi sebagian lahan milik mereka.

Lahan milik Ibrohim ini misalnya, dia menyebutkan, luas lahan miliknya mencapai 3.500 m persegi, seluas 1.500 diantaranya telah tertutup sampah.

Lahan tidak bisa lagi ditanami palawija ataupun perkebunan lainnya sehingga sejak Tahun 2020 lahan tak dijamah karena penuh sampah.

Baca Juga: Relawan Prabowo-Gibran Berencana Gelar Kampanye di GGM. Bawaslu Majalengka : Itu Tempat yang Dilarang

Hal yang sama juga terjadi dengan milik Ahmad seluas 2.800 m2 setengahnya sudah tertutup sampah.

Dulu lahan tersebut dia manfaatkan untuk kandang kambing dan beternak kambing disana. Namun belakangan kambingnya banyak yang mati akibat suhu panas dari tumpukan sampah serta bau menyengat.

Sekarang kambing peliharaanya tinggal tersisa beberapa ekor saja, padahal dulu hingga puluhan ekor.

Baca Juga: Kenaikan Tarif Pajak Hiburan hingga 75%, Ancaman Besar bagi Pelaku Usaha Hiburan di wilayah Cirebon

Sawah A Rosad seluas 125 bata yang biasanya diperoleh 6 kw dalam sekali panen, kini sudah tiga tahun tidak digarap karena sejak limbah hitam dari tumpukan sampah di TPA yang ada di bagian atas pesawahan merusak tanaman padi.

“Jadi tanaman padi ini tumbuh subur, daun bagus warga daun juga hijau, begitu keluar bunga langsung memutih tidak bisa dipanen. Akhirnya dari pada terus merugi lebih baik diterlantarkan,” katanya.

Menurutnya dirinya pernah mengeluhkan kepada pihak Dinas Pertanian namun kala itu mengatakan tidak ada persoalan, tanaman baik. Padahal nyatanya gabah semua hampa.

Baca Juga: Dukung Industri Media Massa, Baher Buka Diklat Vokasi 3-in-1 Social Media Marketing di IAIN Cirebon

“Ari daun mah enya alus tapi hapa,” ungkapnya.

Mereka berharap pemerintah bisa memberikan konpensasi yang layak. Tahun kemarin para petani memperoleh konpensasi namun tidak sebanding dengan kerugian yang diderita.

“Tahun 2023 ada konpensasi namun tidak jelas ada yang terima Rp 400.000 ada yang kurang, kami tidak paham bagaimana cara menghitungnya,” tambahnya.

Baca Juga: MoU Bersama BPJS Kesehatan, Pj Wali Kota Cirebon Komitmen Tingkatkan Penyelenggaraan Program JKN

Menyikapi keluhan warga, Pj Bupati Majalengka Dedi Supandi saat meninjau lokasi TPA menyebutkan akan berusaha menyelesaikannya.

Dia menawarkan untuk diganti rugi atau bentuk konpensasi bulanan seperti yang sudah dilakukan di tahun 2023.

“Jadi mau di ganti rugi atau seperti apa?” ungkap Dedi

Baca Juga: Lanjutkan Sinergitas, Perumdam TDA Tandatangani MoU dengan Kejari Indramayu

Dedi mengaku telah mengetahui persoalan tersebut dan berharap keinginan masyarakat bisa diselesaikan agar tidak menuai persoalan berlarut – larut.

Menyinggung soal lalulintas kendaraan sampahpun, Dedi berencana membangun jalan dari Panyingkiran ke TPA agar kendaraan sampah tidak melintasi pemukiman warga Heuleut seperti yang dikeluhkan selama ini. Baik keluhan jam operasi juga kapasitas muat sampah.

"Ya kami mah tergantung pemerintah ari harga mah, kami terima . Kana da NJOP nya, malah NJOP beberapa tahun kemarin sudah naik, kami tetap bayar walaupun lahan tidak digarap, karena dipake sampah,” ungkap warga lainnya.(Tati/KC)***

Editor: Epih Pahlapi

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler