Bansos Beras Tak Turunkan Harga Pasaran
Dedi menyebutkan penyaluran bantuan sosial yang dilakukan pemerintah untuk keluarga miskin sebanyak 10 kg per KK tidak membawa dampak pada penurunan harga beras di pasaran. Karena, gabah dan beras di tingkat petani benar – benar habis.
Baca Juga: Istilah Petugas Partai Dicemooh, Ahok: Apa yang Salah? Ibu Mega Betul, Simak Penjelasannya!
Yang harus dilakukan untuk meredam harga beras walaupun sifatnya sementara, perlu dilakukan operasi pasar. Hanya persoalannya, apakah Bulog masih memiliki stok beras atau tidak.
“Sekarang terkesan pemerintah membiarkan harga terus melonjak, tidak ada penyeimbang karena operasi pasar tidak dilakukan. Kalau operasi pasar dilakukan, setidaknya ada peredam walaupun sifatnya sementara,” ungkap Dedi yang kini hanya memiliki stok sebanyak 30 ton beras, itupun langsung dikirim ke Bandung untuk memenuhi pesanan kemasan 4 kg.
Dedi memprediksi mahalnya harga beras dan gabah akan terus berlanjut hingga setahun kedepan. Ini terjadi karena petani terlambat tanam akibat El Nino. Tahun ini masa panen diperkirakan baru terjadi pada April mendatang, musim tanam kedua baru akan dilakukan Mei sehingga panen MT II dilalukan September atau Oktober.
Baca Juga: Jalan Wisata Trusmi Kabupaten Cirebon Rusak Parah, DPUTR Siapkan Anggaran Rp290 Miliar
Peran Bulog Dioptimalkan
Itupun jika air masih tersedia, jika air tidak tersedia maka panen terancam gagal, dampaknya harga gabah kembali melonjak.
Dedi menyarankan agar masyakat tidak terbebani dengan harga beras, pemerintah daerah harus memiliki cadangan beras yang disimpan di gudang, ketika masyarakat butuh beras bisa dikeluarkan, atau peran Bulog dioptimalkan dengan terus menyebar beras di pasaran.
Pengelola Pasar Sindangkasih Supriadi dan Pengelola Pasar Kadipaten Eyek Eka Cahya, menyebutkan, kenaikan harga beras di pasar tradisional sudah berlangsung dua hari terakhir. Beras premium di Pasar Kadipaten telah mencapai Rp 18.000 per kg, untuk premium kualitas I seharga Rp 17.000.