Tak hanya itu, lanjut Karna, apa yang disampaikan Megawati itu harus dipandang sebagai sebuah kritik yang konstruktif. Dan itu bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap praktik pengajian yang selama ini berlangsung.
"Saya menyakini Bu Mega mengatakan itu karena menemukan ada kasus semacam itu, sehingga ia berniat mengingatkan kembali kaum ibu-ibu pengajian, tak ada kepentingan lain,"kata Karna.
Bupati Karna Sobahi pun melihat kondisi ibu-ibu yang mengikuti pengajian di setiap daerah di tanah air berbeda. Ada ibu ibu yang aktif hingga mengikuti pengajian setiap hari ada yang bisa beberapa kali dalam satu pekan. Persoalan inilah yang dihawatirkan dan dirasakan betul Megawati yang kebetulan sebagai kaum wanita dan memiliki keluarga.
"Jadi menurut pendapat saya dalam konteks seperti itu, Ibu Mega menyampaikan pidatonya. Sehingga penyikapanya perlu lebih proporsional dan kontekstual, bukan dijadikan polemik yang berkepanjangan, apalagi dipolitisasi jelang Pemilu 2024,"tegas Karna.
Karna pun berpesan banyak permasalahan yang lebih urgen dan membutuhkan solusi bersama, ketimbang membuat polemik pernyataan Megawati Soekarnoputri yang isunya terus di goreng untuk kepentingan politik pada khususnya.
"Negara kita itu banyak masalah yang perlu penanganan kita semua, baik itu tingginya kasus stunting, maraknya kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan, seks bebas, penyalahgunaan obat terlarang atau narkoba remaja, kekerasan dalam rumah tangga dan masalah sosial lainnya. Jadi masalah ini yang seharusnya kita cari jalan keluarnya,"tutup Karna.
Sebelumnya, Hj Megawati sempat mempertanyakan sebagian ibu-ibu yang suka mengikuti pengajian, tapi kurang memperhatikan anak-anak mereka.Bahkan ia pun sempat meminta maaf kepada pihak yang mendengar pidatonya sebelum mempertanyakan hal tersebut. Akibat pernyataan ini dipelintir dan dibuat isu Megawati melarang ibu ibu untuk mengikuti pengajian.