Parah, Harga Beras Makin Mahal Tembus Rp 18.000 Per Kilogram, Bukan Petani yang Untung Tapi Tengkulak

- 6 Februari 2024, 10:59 WIB
Para pekerja tengah mengemas beras di sebuah pabrik penggilingan di Kelurahan Cijadi, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, Senin, 5 Februari 2024.*
Para pekerja tengah mengemas beras di sebuah pabrik penggilingan di Kelurahan Cijadi, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, Senin, 5 Februari 2024.* /Kabar Cirebon/Tati Purwati/

KABARCIREBON - Parah, harga beras di pasar tradisional makin mahal. Kini harganya tembus Rp 18.000 per kilogram. Mahalnya harga beras ternyata sama sekali tidak menguntungkan petani. Justru yang diuntungkan adalah tengkulak.

Informasi yang dihimpun Kabar Cirebon, Selasa, 6 Februari 2024, harga beras di pasaran terus melonjak mencapai Rp 17.000 hingga Rp 18.000 untuk jenis premium. Mahalnya harga beras itu seiring dengan lonjakan harga gabah di tingkat petani yang kini mencapai Rp 950.000 hingga Rp 1.000.000 per kwintal.

Akibat terus melonjaknya harga gabah dan tidak sebanding lagi dengan harga jual, kini hampir 70 persen pengusaha penggilingan beras yang berhenti beroperasi. Kalaupun masih, di antaranya hanya melayani pasar lokal bahkan ada yang tidak sama sekali.

Baca Juga: Warga Korban Bencana di Margacina Kuningan akan Dibangunkan Rumah dengan Biaya Rp144 Juta Per Unitnya

Harga Beras Naik Tiap Pekan

Ketua Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Kabupaten Majalengka, Dedi Koswara menyebutkan, saat ini harga beras nyaris tidak terkendali dan terjadi kenaikan harga setiap pekan.

“Sekarang hampir 70 persen pengusaha penggilingan di Majalengka berhenti beroperasi. Kalaupun beroperasi, hanya sesekali dalam sepekan. Karena, tidak tersedia gabah. Di saat ada gabah, harga mahal, biaya tidak tertutupi oleh harga jual,” ungkap Dedi.

Dengan terus melonjaknya harga gabah, sejak Januari 2024 pengusaha harus menyiapkan tambahan dana sebesar 50 persen. Kemudian, dana cadangan sebesar 50 persen karena modal terhadap barang berkurang, sehingga modal harus dua kali lipat.

Baca Juga: Prediksi Skor Iran vs Qatar di Semifinal Piala Asia Rabu 7 Februari 2024: Preview & Strarting Line-Up

“Dengan harga yang terus naik maka modal terhadap barang berkurang 50 persenan, dana cadangan modal harus juga disiapkan. Bagi yang modal minim tentu memilih berhenti beroperasi,” katanya.

Menurutnya, saat ini beras medium diterima di Bandung dan Bogor telah mencapai Rp 15.000, harga sebesar itu berdasarkan harga beli yang masih Rp 14.500 per kg yang dilakukan pada akhir Desember. Untuk pembelian sekarang yang telah mencapai Rp 15.000 per kilogram, harga jual minimal Rp 15.600 hingga Rp 15.700 per kilogram.

Bansos Beras Tak Turunkan Harga Pasaran

Dedi menyebutkan penyaluran bantuan sosial yang dilakukan pemerintah untuk keluarga miskin sebanyak 10 kg per KK tidak membawa dampak pada penurunan harga beras di pasaran. Karena, gabah dan beras di tingkat petani benar – benar habis.

Baca Juga: Istilah Petugas Partai Dicemooh, Ahok: Apa yang Salah? Ibu Mega Betul, Simak Penjelasannya!

Yang harus dilakukan untuk meredam harga beras walaupun sifatnya sementara, perlu dilakukan operasi pasar. Hanya persoalannya, apakah Bulog masih memiliki stok beras atau tidak.

“Sekarang terkesan pemerintah membiarkan harga terus melonjak, tidak ada penyeimbang karena operasi pasar tidak dilakukan. Kalau operasi pasar dilakukan, setidaknya ada peredam walaupun sifatnya sementara,” ungkap Dedi yang kini hanya memiliki stok sebanyak 30 ton beras, itupun langsung dikirim ke Bandung untuk memenuhi pesanan kemasan 4 kg.

Dedi memprediksi mahalnya harga beras dan gabah akan terus berlanjut hingga setahun kedepan. Ini terjadi karena petani terlambat tanam akibat El Nino. Tahun ini masa panen diperkirakan baru terjadi pada April mendatang, musim tanam kedua baru akan dilakukan Mei sehingga panen MT II dilalukan September atau Oktober.

Baca Juga: Jalan Wisata Trusmi Kabupaten Cirebon Rusak Parah, DPUTR Siapkan Anggaran Rp290 Miliar

Peran Bulog Dioptimalkan

Itupun jika air masih tersedia, jika air tidak tersedia maka panen terancam gagal, dampaknya harga gabah kembali melonjak.

Dedi menyarankan agar masyakat tidak terbebani dengan harga beras, pemerintah daerah harus memiliki cadangan beras yang disimpan di gudang, ketika masyarakat butuh beras bisa dikeluarkan, atau peran Bulog dioptimalkan dengan terus menyebar beras di pasaran.

Pengelola Pasar Sindangkasih Supriadi dan Pengelola Pasar Kadipaten Eyek Eka Cahya, menyebutkan, kenaikan harga beras di pasar tradisional sudah berlangsung dua hari terakhir. Beras premium di Pasar Kadipaten telah mencapai Rp 18.000 per kg, untuk premium kualitas I seharga Rp 17.000.

Baca Juga: Cek Hari Ini Jadwal dan Lokasi SIM Keliling untuk Daerah Karawang Ada di 7 Tempat, Lengkap dengan Tarifnya

Sedangkan beras medium di pasar telah mencapai Rp 15.000 hingga Rp 16.000 per kg.

Namun demikian stok beras menurut mereka mencukupi. Bahkan menurut Supriadi salah satu grosir beras pada Senin, 5 Februari 2024, akan mendapat kirman sebanyak 5 tonan.

“Naiknya harga beras karena harga gabah terus melonjak kini telah mencapai Rp 950.000 per kg,” katanya.

Tengkulak Untung Besar

Sementara itu, pemuda petani asal Cirebon, Surnita Sandi Wiranata mengungkapkan, sebuah kekeliruan besar jika mengganggap harga beras naik petani untung. Karena menurutnya, yang paling diuntungkan adalah tengkulak.

Baca Juga: Satu Lagi Wisata Glamping Kuningan Menawarkan Keindahan Pesona Alam: Nikmati Sunrise dari Ketinggiannya, Yuk

"Yang untung tetap para tengkulak. Karena, petani menjual gabahnya saat musim panen raya. Dan pembelinya adalah tengkulak yang punya modal. Tengkulak membeli gabah tersebut dengan harga murah saat panen raya,".

"Lalu, tengkulak tersebut menyimpan gabah dan menjualnya kembali di masa musim tanam saat harga gabah mengalami lonjakan tertinggi. Jadi, tengkulak untung besar," tutur Surnita Sandi Wiranata yang juga Caleg Partai Golkar asal Cirebon untuk Provinsi Jawa Barat.(Tati Purwati/Alif Santosa/Kabar Cirebon)***

Editor: Muhammad Alif Santosa

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah