Baca Juga: Belasan Pejabat Diprediksi Bakal Berebut Posisi Kadishub di Open Bidding
Setelah acara saweran selesai, bayi yang digendong bidan diletakan di sebuah ayunan yang terbuat dari kain samping dan talinya menggunakan tambang diikat ke loster pintu. Ayunan ini sudah dihias dengan beragam sesajen.
Sesajen ini diikat dengan benang kasur atau warga setempat menyebutnya benang lawe. Sesajen tersebut berupa bambu kuning, daun beringin, cabai merah, rokok, serutu, uang kertas dan uang logam, kunyit, jaringao, satu plastik makanan ringan berupa opak, rengginang, kue dan lain lain.
Hal ini menandakan sang bayi harus segera bisa beradaptasi dengan lingkungan.
Baca Juga: Kabaharkam Polri Lepas 111 Personel Amankan TPS Luar Negeri
Begitu lahir, semua penjuru rumah juga telah ditempeli daun jaringao yang dipoles apu (kapur), daun beringin dan lidi yang katanya agar terhindar dari ruh jahat.
“Ngayun mah di sini masih terus dlakukan, karena ini kan amanat leluhur. Selama positif tidak perlu di permasalahkan.” katanya Daryem
"Jadi itu yang diikatkan di atas geyongan bayi itu bukan sesajen, namun beberapa benda yang ada di sekitar kita, seperti Bambu Kuning, Pohon Beringin, Daun Salam, Benang, makanan dan yang lainnya itu sebagai bentuk simbul kepedulian sosial saja," ujar Daryem.(Tati Purwati/Kabar Cirebon)***